Model Pembelajaran Kooperatif
Cooperative mengandung
pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama (Hamid Hasan:1996).
Dalam kegiatan cooperative, siswa
secara individual mencari hasil yang mengutungkan bagi seluruh anggota
kelompoknya. Jadi, belajar cooperative
adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa
bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya
dalam kelompok tersebut. (Hamid Hasan:1996)
Artzt
dan Newman (1990:448) dalam (Trianto:56) menyatakan bahwa dalam belajar
kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan
tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota
kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama utnuk keberhasilan kelompoknya.
Pembelajaran
kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa
bekerja dalam kelomok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pelajaran (Slavin, 2010:4)
Suprijono
(2009:58) menyebutkan pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar
dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajarn kooperatif yang membedakannya
dengan pembagian kelompok yang dilakukan
asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif akan
memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif
akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan
: (1) “memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta,
keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2)
pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten
menilai.
Trianto
(2009:56) menyebutkan di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 siswa yang sederajat tetapi heterogen,
kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan
dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua
siswa untuk dapat melibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan
belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai
ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman
sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.
Keberhasilan
belajar tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara
individual maupun secara kelompok. (Solihatin, 2008:4)
Sanjaya,W
(2006:242) dalam Etin Solihatin, (2008:6) mendefinisikan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan
sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang
berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap
kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu
menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota
kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah
yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan
keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan
saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok,
sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan
kontribusi demi keberhasilan kelompok.
Belajar
kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok mencapai tujuan atau
penguasaan materi (Slavin:1995 dalam Trianto, 2009:57). Johnson dan Johnson
(1994) dalam Trianto menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah
memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman
baik secara individu maupun kelompok.
Menurut
Johnson-Johnson (1994) dalam Trianto (2009:60) terdapat lima unsur penting
dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
a.
Saling ketergantungan yang
bersifat positif antar siswa. Dalam belajar kooperatif sisw merasa bahwa mereka
sedang bekerja sama untuk mencapai tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang
siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya sukses. Siswa akan
merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil
terhadap suksesnya kelompok.
b.
Interaksi antara siswa yang
semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antar siswa.
Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses
sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara
alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya
kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan
mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar
kooperatif adalah dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang sedang
dipelajari bersama.
c.
Tanggung jawab individual.
Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa
dalam hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak
dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman
sekelompoknya.
d.
Keterampilan interpersonal dan
kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari
materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana
berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap
sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut
keterampilan khusus.
e.
Proses kelompok. Belajar
kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok
terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai
tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
Selain
unsur-unsur tersebut, model pembelajaran kooperatif mengandung prinsip-prisip
yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar
kooperatif menurut Slavin (1995) dalam (Trianto, 2009:61), adalah sebagai
berikut.
a.
Penghargaan kelompok, yang diberikan jika
kelompok mencapai kriteria yang telah ditentukan.
b.
Tanggung jawab individual,
bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua
anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang
lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi
tanpa bantuan yang lain.
c.
Kesempatan yang sama untuk
sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan
belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi,
sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa
kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.
Berdasarkan
uraian tersebut, pembelajaran kooperatif adalah belajar secara bersama dalam
kelompok yang terdiri dari 4-6 siswa heterogen untuk memudahkan siswa dalam
menguasai konsep dan pengetahuan serta menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan
tertentu dan akan mendapatkan rewards
jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang telah dipersyaratkan.
Implikasi
teori Vigotsky dalam pembelajaran kooperatif yaitu kemampuan untuk mewujudkan
pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok-kelompok belajar yang
mempunyai tingkat kemampuan berbeda dalam kegiatan pembelajaran.
Perbedaan-perbedaan dalam kelompok belajar meliputi perbedaan jenis kelamin,
suku dan ras, serta perbedaan kemampuan dalam memahami konsep yang dipelajari
dimana hal tersebut juga terdapat dalam Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament (TGT).
2.
Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT
Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pertama kali dikembangkan oleh David
deVries dan Keith Edwards. Secara umum, pembelajaran tipe TGT memiliki prosedur
belajar yang terdiri atas siklus reguler dari pembelajaran kooperatif STAD tetapi menggantikan kuis dengan turnamen
mingguan, dimana siswa memainkan game
akademik dengan anggota kelompok lain untuk menyumbangkan poin bagi skor
timnya. (Slavin, 2010:13)
TGT merupakan jenis pembelajaran yang
berkaitan dengan STAD. Dalam pembelajaran TGT siswa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai dengan 6 orang yang
mempunyai kemampuan dan latar belakang yang berbeda untuk mencapai aktivitas belajar.
Dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota lain untuk memperoleh
tambahan poin dalam skor tim mereka (Slavin:1998 dalam Yuliana Subiantari,
2009:29).
Pada pembelajaran TGT, guru menyajikan
materi, dan siswa bekerja dalam kelompok masing-masing. Dalam kerja kelompok
guru memberikan LKS pada tiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan secara
bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang
tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain
bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum
mengajukan pertanyaan kepada guru. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa
kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif itu menyenangkan.
TGT memiliki dimensi kegembiraan yang
diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam
mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan
menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain
dalam game temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung
jawab individual. Selain itu dengan adanya turnamen diharapkan dapat menanamkan
sportivitas dan dapat membangkitkan motivasi siswa untuk berusaha lebih baik
bagi dirinya maupun untuk anggota lain. Dalam turnamen juga dapat membentuk
siswa untuk berani dalam berkompetisi.
Implementasi TGT dalam pembelajaran terdiri
5 komponen utama, antara lain: (1)penyajian kelas (class precentation), (2) belajar dalam kelompok (teams), (3) permainan (games), (4) pertandingan (tournament), dan (5) penghargaan
kelompok (team recognition).
a.
Penyajian kelas (class precentation)
Pada
awal pemebelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas dengan
pengajaran langsung, ceramah atau diskusi yang dipimpin guru.
b.
Belajar dalam kelompok
Kelompok
biasanya terdiri dari 4 sampai 6 siswa yang anggotanya heterogen. Setelah guru
menginformasikan materi dan tujuan pembelajaran kelompok berdiskusi dengan
menggunakan LKS yang telas disiapkan guru. Fungsi dari kelompok adalah untuk
lebih mendalami materi bersama teman
satu kelompoknya dan mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja sama dengan
baik dan optimal pada saat game
berlangsung.
c.
Permainan (game)
Game terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat
siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Permainan dilakukan oleh siswa
perwakilan dari masing-masing kelompok.
d.
Pertandingan (Tournament)
Pertandingan
adalah pada saat permainan berlangsung. Pada saat tournament perwakilan kelompok ditandingkan dengan perwakilan
kelompok lain yang memiliki kemampuan setara.
e.
Penghargaan tim (Team Recognition)
Pemberian
penghargaan (rewards) berdasarkan
pada rata-rata poin yang diperoleh tiap kelompok. Penghargaan diberikan kepada
tim yang memenuhi kategori rerata poin yang telah ditentukan guru. (Slavin,
2010:166)
Tabel. 2.1 Kriteria penghargaan kelompok
Kriteria (Rerata
Kelompok)
|
Predikat
|
30-40
|
Tim Baik
|
40-45
|
Tim Sangat Baik
|
<45 o:p="">45>
|
Tim Super
Sumber: (Slavin,
2010:175)
Aturan permainan dalam pembelajaran TGT
dalam Trianto (2009:84) adalah dalam satu permainan terdiri dari: kelompok
pembaca, kelompok penantang I, kelompok penantang II, dan seterusnya sejumlah
kelompok yang ada. Kelompok pembaca bertugas: (1) Mengambil kartu bernomor dan
cari pertanyaan dalam lembar permainan; (2) Baca pertanyaan dengan keras-keras;
(3) Beri jawaban. Kelompok penantang I bertugas: Menyetujui jawaban pembaca
atau member jawaban yang berbeda. Sedangkan kelompok penantang II: (1)
Menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda; (2) Cek lembar jawaban.
Kegiatan ini dilaksanakan secara bergiliran (games ruler).
Berdasarkan teori Vigotsky dalam pembelajaran kooperatif dibentuk
kelompok belajar dengan tingkat kemampuan berbeda untuk dapat menyelesaikan
tugas belajar. Teori Vigotsky mendasari
pembagian kelompok secara heterogen seperti dalam pembelajaran kooperatif tipe
TGT, dan pemberian tanggung jawab pada masing-masing individu dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya.
DAFTAR PUSTAKA
Slavin, E Roberts. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik cetakan VIII.Bandung:
Nusa Media
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Trianto. 2009. Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Trianto.
2010. Model
Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Baca Juga : Model Pembelajaran Predict Observe Explain ; Model Pembelajaran Quantum Learning ; Model Pembelajaran Mind Mapping ; Model Pembelajaran Problem Based Instruction ; Model Pembelajaran Kooperatif
Baca Juga : Model Pembelajaran Predict Observe Explain ; Model Pembelajaran Quantum Learning ; Model Pembelajaran Mind Mapping ; Model Pembelajaran Problem Based Instruction ; Model Pembelajaran Kooperatif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar