ads

Lazada Indonesia

Sabtu, 11 Oktober 2014

Model Pembelajaran Mind Mapping (peta pikiran)

Model Pembelajaran  Mind Mapping  (peta pikiran)

A.    Pengertian Model Pembelajaran
Joyce mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, kurikulum, dan lain-lain (dalam Trianto, 2007: 5).
Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya (dalam Rusman, 2010: 133).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau perencanaan berupa kerangka konseptual yang berisi prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar, dan membentuk kurikulum untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
B.     Mind Mapping (Peta pikiran)
Konsep Mind Mapping (peta pikiran) asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an. Tony Buzan lahir di London pada tahun 1942, dia meraih gelar sarjananya di University of British Columbia pada tahun 1964 dan mendapat gelar master di bidang Sosiologi, bahasa Inggris, matematika dan pengetahuan umum.
Buzan (2008:4) Mind Mapping (peta pikiran) adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar otak, Mind Mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan pikiran”. Mind Mapping juga merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa, sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa di andalkan daripada menggunakan teknik pencatatn tradisional.
Peta pikiran menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik ini dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah. Ini jauh lebih mudah daripada metode pencatatan tradisional karena ia mengaktifkan kedua belahan otak (Deporter, 2011: 152).
Alamsyah (2009: 20) mengemukakan bahwa sistem peta pikiran atau Mind Mapping adalah suatu teknik visual yang adapat menyelaraskan proses belajar dengan cara kerja alami otak. Mind Mapping merupakan sebuah jalan pintas yang bisa membantu siapa saja untuk mempersingkat waktu sampai sampai setengahnya untuk menyelesaikan tugas (Olivia, 2008: 7).
Dengan peta pikiran daftar informasi yang  panjang dapat dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal.

C.      Model Pembelajaran Mind Mapping
Mind Mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk Mind Mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi (Isnawati, 2012: 7).
Langkah-langkah pembelajaranya sebagai berikut:
a.    guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai melalui peta Mind Mapping sederhana
b.    guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa. Permasalahan yang dipilih adalah permasalahan yang mempunyai banyak alternatif jawaban
c.    guru membentuk siswa menjadi berkelompok yang anggotanya 2 siswa
d.   siswa mengidentifikasi alternatif jawaban dalam bentuk peta pemikiran atau diagaram, untuk melengkapi ide-ide di setiap catatan Mind Mapping yang mereka buat, siswa melakukan diskusi dengan anggota kelompoknya.
e.    beberapa siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan ide pemetaan konsep berfikirnya
f.   dari data hasil diskusi siswa diminta membuat kesimpulan dan guru memberi peta konsep yang telah disediakan sebagai pembanding.
Mind Mapping dapat membantu kita dalam banyak hal, misalnya merencanakan sesuatu kegiatan yang ingin dilakukan, dengan membuat peta Mind Mapping nya semua sub-sub kegiatan akan terorganisasi dengan baik. Menurut Michael Michalko (Buzan, 2008: 8) Mind Mapping mempunyai beberapa kelebihan yaitu
a)    mengaktifkan seluruh otak
b)   membersihkan akal dari kesusutan mental
c)    memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan
d)   membantu menunjukan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah
e)    memberi gambaran yang jelas pada kesuluruhan dan perincian
f)    memungkinkan kita untuk mengelompokan konsep, membantu kita membandingkanya.
Senada dengan pendapat tersebut, Alamsyah (2009: 23), ada 7 manfaat menggunakan metode Mind Mapping (peta pikiran) yaitu:
a)      dapat melihat gambaran secara menyeluruh dengan jelas
b)      dapat melihat detilnya tanpa kehilangan ‘benang merah’nya antar topik
c)      terdapat pengelompokkan informasi
d)     menarik perhatian mata dan tidak membosankan
e)      memudahkan kita berkonsentrasi
f)       proses pembuatannya menyenangkan karena melibatkan gambar-gambar, warna, dan lain-lain
g)      mudah mengingatnya karena ada penanda-penanda visualnya.
D.    Langkah-langkah membuat Mind Mapping (Peta Pikiran)
Sebelum membuat sebuah peta pikiran diperlukan beberapa bahan, yaitu kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil warna, otak, serta imajinasi. Olivia (2008:52) mengemukakan ada 7 langkah untuk membuat Mind Mapping (peta pikiran). Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a.  Guru menyediakan kertas kwarto, A4 atau folio atau buku gambar A3. Selanjutnya selembar kertas kosong tersebut tanpa garis dan beberapa spidol aneka warna. Guru memastikan posisi kertas yang akan dipakai siswa tersebut horizontal. Siswa disuruh membuat sebuah gambar yang melambangkan subyek utama di tengah-tegah kertas. Misalnya pada contoh dibawah ini adalah burung flaminggo.

b.  Siswa dipandu untuk membuat beberapa garis tebal berlekuk-lekuk yang menyambung dari gambar di tengah kertas, garis ini mewakili ide utama mengenai suatu subyek. Cabang-cabangnya melambangkan sub topik utama. Misalnya pada tema burung flaminggo, kita tambahkan subtopik ”asal”. Cabang tersebut haruslah tebal.

c   Siswa memberi nama pada setiap ide yang keluar dari sub topik utama tersebut. Selanjutnya membuat gambar-gambar kecil mengenai masing-masing ide tersebut. Pada contoh ini, pada subtopik asal dilanjutkan dengan Kongo (negara di Afrika).

d.  Setiap kata dalam Mind Mapping akan digaris bawahi atau berada di atas garis karena merupakan kata-kata kunci. Pemberian garis bawah menunjukan tingkat kepentinganya. Pada contoh ini, subtopik kedua adalah subtopik pertama (yaitu berasal dari negara Kongo) adalah warna burung flaminggo.


e. Dengan penambahan sub topik lanjutan, dari setiap ide yang ada, siswa bisa menarik garis penghubung lainya yang menyebar seperti cabang-cabang pohon. Contohnya pada subtopik warna dilanjutkan dengan warna bulunya merah muda. Jadi hanya kata kunci saja yang diletakan

  f.  Guru meyuruh siswa untuk mambahkan lebih banyak buah pikiran   anak ke setiap ide tadi. Cabang-cabang tambahan ini melambangkan detail-detail yang ada. Misalnya pada contoh ini, burung flaminggo juga pandai berdansa.

 g.  Setelah seluruh ide lengkap, jadilah Mind Mapping. Di setiap subtopik bisa ditambahkan simbol-simbol atau gambar kecil untuk mewakili ide dari subtopik tersebut, seperti contoh burung flaminggo yang senang berdiri yang disimbolkan dengan orang yang sedang berdiri dibawah ini.

Dengan memperhatikan cara-cara membuat Mind Mapping (peta pikiran) dan menerapkannya dalam pembelajaran maka tugas guru dalam pembelajaran sebagai fasilitator akan berhasil dengan baik selain itu siswa akan bisa berlatih mengembangkan otaknya secara maksimal, siswa akan mudah berkonsentrasi karena setiap catatan yang dibuat oleh masing-masing siswa bersifat unik dan mudah dipahami.
Kelebihan Mind Mapping
a. Pembelajaran berpusat pada siswa
Siswa diharapkan dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembanganya.
2.1.6.2 Memberikan pengalaman langsung kepada anak
Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang membimbing ke arah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuanya.
2.1.6.3 Pemisahan mapel tidak kelihatan atau antar mapel menyatu
Pembelajaran tematik memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian dari suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mapel sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak, sehingga memugkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi yang utuh.
2.1.6.4 Menyajikan konsep dari berbagai mapel dalam suatu proses pembelajaran sehingga bermakna.
Pembelajaran tematik mengkaji fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antar pengetahuan yang dimiliki siswa, sehingga berdampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa.
2.1.6.5 Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Pada pembelajaran tematik dikembangkan pendekatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dengan melihat bakat, minat, dan kemampuan sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus-menerus (Sukayati, 2009: 13).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran bermakna bagi siswa. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu. Oleh karena itu, guru harus merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual yang menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Maurizal. 2009. Kiat Jitu Meningkatkan Prestasi dengan Mind Mapping. Yogyakarta: Mitra Belajar
Buzan, Tony.2008. Buku Pintar Mind Mapping.Jakarta: PT Gramedia
Deporter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1992. Quantum Learning. Translated by Abdurrahman, Alwiyah. 2001. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Olivia, Femi. 2008. Gembira Belajar dengan MIND MAPPING. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka








Tidak ada komentar:

Posting Komentar