A. Pengertian Model Pembelajaran
Joyce mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, kurikulum, dan lain-lain
(dalam Trianto, 2007: 5).
Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana
atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran
jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran
di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan,
artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien
untuk mencapai tujuan pendidikannya (dalam Rusman, 2010: 133).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
adalah suatu pola atau perencanaan berupa kerangka konseptual yang berisi
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar, dan membentuk
kurikulum untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
B.
Mind Mapping (Peta
pikiran)
Konsep
Mind Mapping (peta pikiran) asal
mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an. Tony Buzan
lahir di London pada tahun 1942, dia meraih gelar sarjananya di University of British Columbia pada
tahun 1964 dan mendapat gelar master di bidang Sosiologi, bahasa Inggris,
matematika dan pengetahuan umum.
Buzan
(2008:4) Mind Mapping (peta pikiran) adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil
informasi ke luar otak, Mind Mapping
adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara
harfiah akan “memetakan pikiran”. Mind Mapping juga merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita
menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa, sehingga cara kerja alami otak
dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan
lebih bisa di andalkan daripada menggunakan teknik pencatatn tradisional.
Peta pikiran menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik ini dalam
suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk
belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta ini dapat membangkitkan
ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah. Ini jauh lebih mudah daripada
metode pencatatan tradisional karena ia mengaktifkan kedua belahan otak (Deporter,
2011: 152).
Alamsyah (2009: 20) mengemukakan bahwa sistem peta pikiran atau Mind Mapping adalah suatu teknik visual
yang adapat menyelaraskan proses belajar dengan cara kerja alami otak. Mind Mapping merupakan sebuah jalan
pintas yang bisa membantu siapa saja untuk mempersingkat waktu sampai sampai
setengahnya untuk menyelesaikan tugas (Olivia, 2008: 7).
Dengan
peta pikiran daftar informasi yang
panjang dapat dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur dan
mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan
berbagai hal.
C. Model
Pembelajaran Mind Mapping
Mind Mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke
dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk Mind Mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai
banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara
menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan
sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan
mengetahui kemana kita akan pergi (Isnawati, 2012: 7).
Langkah-langkah pembelajaranya sebagai berikut:
a. guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai melalui
peta Mind Mapping sederhana
b. guru mengemukakan
konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa. Permasalahan yang dipilih adalah permasalahan yang
mempunyai banyak alternatif jawaban
c. guru membentuk siswa menjadi berkelompok yang
anggotanya 2 siswa
d. siswa mengidentifikasi
alternatif jawaban dalam bentuk peta pemikiran atau diagaram, untuk melengkapi ide-ide di setiap catatan Mind Mapping yang mereka buat, siswa
melakukan diskusi dengan anggota kelompoknya.
e. beberapa siswa diberi kesempatan
untuk menjelaskan ide pemetaan konsep berfikirnya
f. dari data hasil diskusi siswa diminta membuat
kesimpulan dan guru memberi peta konsep yang telah disediakan sebagai
pembanding.
Mind Mapping dapat membantu kita dalam banyak hal, misalnya
merencanakan sesuatu kegiatan yang ingin dilakukan, dengan membuat peta Mind Mapping nya semua sub-sub kegiatan
akan terorganisasi dengan baik. Menurut Michael Michalko (Buzan, 2008: 8) Mind Mapping mempunyai
beberapa kelebihan yaitu:
a)
mengaktifkan
seluruh otak
b)
membersihkan
akal dari kesusutan mental
c)
memungkinkan
kita berfokus pada pokok bahasan
d)
membantu menunjukan
hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah
e)
memberi
gambaran yang jelas pada kesuluruhan dan perincian
f)
memungkinkan
kita untuk mengelompokan konsep, membantu kita membandingkanya.
Senada
dengan
pendapat tersebut, Alamsyah (2009: 23), ada 7 manfaat menggunakan metode Mind Mapping (peta pikiran) yaitu:
a)
dapat melihat gambaran secara
menyeluruh dengan jelas
b)
dapat melihat detilnya tanpa
kehilangan ‘benang merah’nya antar topik
c)
terdapat pengelompokkan
informasi
d)
menarik perhatian mata dan
tidak membosankan
e)
memudahkan kita berkonsentrasi
f)
proses pembuatannya
menyenangkan karena melibatkan gambar-gambar, warna, dan lain-lain
g)
mudah mengingatnya karena ada
penanda-penanda visualnya.
D.
Langkah-langkah membuat Mind Mapping (Peta Pikiran)
Sebelum
membuat sebuah peta pikiran diperlukan beberapa bahan, yaitu kertas kosong tak
bergaris, pena dan pensil warna, otak, serta imajinasi. Olivia (2008:52) mengemukakan ada 7
langkah untuk membuat Mind Mapping (peta
pikiran). Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Guru
menyediakan kertas kwarto, A4 atau folio atau buku gambar A3. Selanjutnya
selembar kertas kosong tersebut tanpa garis dan beberapa spidol aneka warna. Guru
memastikan posisi kertas yang akan dipakai siswa tersebut horizontal. Siswa
disuruh membuat sebuah gambar yang melambangkan subyek utama di tengah-tegah
kertas. Misalnya pada contoh dibawah ini adalah burung flaminggo.
b. Siswa
dipandu untuk membuat beberapa garis tebal berlekuk-lekuk yang menyambung dari
gambar di tengah kertas, garis ini mewakili ide utama mengenai suatu subyek.
Cabang-cabangnya melambangkan sub topik utama. Misalnya pada tema burung
flaminggo, kita tambahkan subtopik ”asal”. Cabang tersebut haruslah tebal.
c Siswa
memberi nama pada setiap ide yang keluar dari sub topik utama tersebut.
Selanjutnya membuat gambar-gambar kecil mengenai masing-masing ide tersebut.
Pada contoh ini, pada subtopik asal dilanjutkan dengan Kongo (negara di
Afrika).
d. Setiap
kata dalam Mind Mapping akan digaris
bawahi atau berada di atas garis karena merupakan kata-kata kunci. Pemberian
garis bawah menunjukan tingkat kepentinganya. Pada contoh ini, subtopik kedua
adalah subtopik pertama (yaitu berasal dari negara Kongo) adalah warna burung
flaminggo.
e. Dengan penambahan sub topik lanjutan, dari
setiap ide yang ada, siswa bisa menarik garis penghubung lainya yang menyebar
seperti cabang-cabang pohon. Contohnya pada subtopik warna dilanjutkan dengan
warna bulunya merah muda. Jadi hanya kata kunci saja yang diletakan
f. Guru meyuruh siswa untuk mambahkan lebih
banyak buah pikiran anak ke setiap ide
tadi. Cabang-cabang tambahan ini melambangkan detail-detail yang ada. Misalnya
pada contoh ini, burung flaminggo juga pandai berdansa.
g. Setelah seluruh ide lengkap, jadilah Mind Mapping. Di setiap subtopik bisa
ditambahkan simbol-simbol atau gambar kecil untuk mewakili ide dari subtopik
tersebut, seperti contoh burung flaminggo yang senang berdiri yang disimbolkan dengan
orang yang sedang berdiri dibawah ini.
Dengan memperhatikan cara-cara membuat Mind Mapping (peta pikiran) dan menerapkannya dalam pembelajaran
maka tugas guru dalam pembelajaran sebagai fasilitator akan berhasil dengan
baik selain itu siswa akan bisa berlatih mengembangkan otaknya secara maksimal,
siswa akan mudah berkonsentrasi karena setiap catatan yang dibuat oleh
masing-masing siswa bersifat unik dan mudah dipahami.
Kelebihan Mind Mapping
a. Pembelajaran
berpusat pada siswa
Siswa diharapkan dapat aktif mencari, menggali,
dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus
dikuasainya sesuai dengan perkembanganya.
2.1.6.2 Memberikan
pengalaman langsung kepada anak
Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator
dan katalisator yang membimbing ke arah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan
pengetahuanya.
2.1.6.3 Pemisahan
mapel tidak kelihatan atau antar mapel menyatu
Pembelajaran tematik memusatkan perhatian pada
pengamatan dan pengkajian dari suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mapel
sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak, sehingga memugkinkan siswa
untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi yang utuh.
2.1.6.4 Menyajikan konsep dari berbagai mapel dalam suatu proses
pembelajaran sehingga bermakna.
Pembelajaran tematik mengkaji fenomena dari
berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antar pengetahuan yang
dimiliki siswa, sehingga berdampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa.
2.1.6.5 Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak.
Pada pembelajaran tematik dikembangkan pendekatan
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) yang
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dengan melihat bakat,
minat, dan kemampuan sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar
terus-menerus (Sukayati, 2009: 13).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran bermakna bagi siswa. Pembelajaran
tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan
sesuatu. Oleh karena itu, guru harus merancang pengalaman belajar yang akan
mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar menunjukkan kaitan
unsur-unsur konseptual yang menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah,
Maurizal. 2009. Kiat Jitu Meningkatkan
Prestasi dengan Mind Mapping. Yogyakarta: Mitra Belajar
Buzan, Tony.2008. Buku Pintar Mind Mapping.Jakarta: PT
Gramedia
Deporter,
Bobbi dan Mike Hernacki. 1992. Quantum
Learning. Translated by Abdurrahman, Alwiyah. 2001. Bandung: PT Mizan
Pustaka.
Olivia,
Femi. 2008. Gembira Belajar dengan MIND
MAPPING. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Trianto.
2007. Model-model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka
Baca Juga : Model Pembelajaran Predict Observe Explain ; Model Pembelajaran Quantum Learning ; Model Pembelajaran Mind Mapping ; Model Pembelajaran Problem Based Instruction ; Model Pembelajaran Kooperatif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar