ads

Lazada Indonesia

Sabtu, 11 Oktober 2014

Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

Masalah atau dalam bahasa inggris problem pada dasarnya adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh tiap individu. Umumnya manusia akan berusaha mencari jalan keluar atau mencari pemecahan masalah (solusi) atas permasalahan yang sedang dihadapi, kemudian dia akan menjadikan solusi dari permasalahan tersebut sebagai pelajaran penting untuk kehidupannya. Jadi, permasalahan yang dihadapi seseorang dapat melatih orang tersebut untuk lebih cerdas dan bijaksana dalam mengambil langkah selanjutnya.
Pola pikir seperti di atas, mendorong peneliti untuk  menerapkan sebuah problem menjadi basis atau dasar dari pembelajaran di sekolah. Permasalahan yang dijadikan dasar dari pembelajaran dipahami sebagai sebuah metode yang inovatif karena problem yang hakikatnya harus dihindari dan dicegah, dimanfaatkan oleh guru dan peserta didik sebagai titik awal pembelajaran di sekolah. Dengan menggunakan permasalahan sebagai dasar dari pembelajaran, diharapkan kegiatan belajar mengajar akan lebih bermakna. Siswa berpikir lebih kritis dan inovatif, karena mereka didorong untuk memecahkan permasalahan yang dihadirkan oleh guru.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah Problem Based Instruction (PBI) merupakan model pembelajaran yang bisa diterapkan untuk mengajar siswa sekolah dasar, karena model ini akan memfasilitasi siswa untuk belajar lebih aktif, kreatif, inovatif, mencari jawaban atas rasa ingin tahu dari siswa dengan cara yang menantang dan menyenangkan. Untuk itu, berikut akan dipaparkan beberapa pendapat para tokoh tentang model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI).
1.      Pengertian Problem Based Instruction (PBI)
Arends (1997:157) mengemukakan bahwa Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berfikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
Glazer menyatakan bahwa Problem-based Instruction is an effort to challenge students to address real-world problems and resolve realistic dilemmas. Such problems create opportunities for meaningful activities that engage students in problem solving and higher-ordered thinking in authentic setting. (Pengajaran Berdasarkan Masalah adalah sebuah upaya untuk menantang siswa untuk menunjuk masalah dunia nyata dan memecahkan permasalahan yang realistis. Masalah demikian menciptakan kesempatan untuk aktivitas bermakna yang melibatkan siswa dalam pemecahan masalah dan kemampuan berfikir tingkat tinggi pada setelan yang sesungguhnya).
Dr. Glazer choose to use the term Problem-based Instruction, other references also use the term Problem-based Learning. The reader can assume the terms are equivalent. Dr. Glazer memilih untuk menggunakan istilah Problem-based Instruction, referensi lain juga menggunakan istilah Problem-based Learning. Kita dapat mengasumsikan bahwa istilah tersebut sama. (http://projects.coe.ug a.edu/epltt/inde x.php?title=Problem_Based Instruction) diunduh pada tanggal 20 Februari 2012.
Problem-based learning (PBL) is an appealing instructional strategy. Rather than reading or hearing about the facts and concepts that define an academic field of study, students solve realistic (albeit, simulated) problems that reflect the decisions and dilemmas people face every day. Many argue that PBL is a powerful and engaging learning strategy that leads to sustained and transferable learning.(The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, volume 1,no.2) dalam Bahasa Indonesia berarti Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah sebuah strategi pembelajaran perbandingan antara membaca atau mendengar tentang fakta dan konsep yang mendefinisikan satu bidang akademik dari belajar, siswa memecahkan masalah nyata (meskipun hanya meniru) yang mencerminkan keputusan dan permasalahan yang dihadapi orang-orang setiap hari. Banyak pendapat mengatakan bahwa PBL adalah sebuah strategi pembelajaran yang kuat dan melibatkan strategi pembelajaran yang mengusung pembelajaran yang dapat ditransfer.
Menurut Yayan Iryana (2009), Pembelajaran berdasarkan masalah artinya pembelajaran didasarkan pada masalah sehari-hari dan dalam pembelajaran siswa diajak untuk memecahkannya. Melalui pembelajaran semacam itu siswa akan merasa ditantang untuk mengajukan gagasan. Biasanya akan muncul berbagai gagasan dan siswa akan saling memberikan alasan dari gagasan yang diajukan. Dalam proses pembahasan, gagasan itu akan terjadi interaksi dan pemaduan gagasan yang pada akhirnya mengarah pada saling melengkapi. Siswa biasanya sangat senang karena merasa mampu memecahkan masalah yang diberikan (http://www.alief-hamsa.blogspot.com/) diakses pada tanggal 20 Februari 2012.
Dari beberapa pengertian tentang model Problem Based Instruction (PBI) yang telah dikemukan oleh beberapa tokoh di atas, Peneliti menyimpulkan definisi dari PBI adalah sebuah model pembelajaran yang memulai proses belajar mengajar dengan suatu  permasalahan yang disodorkan oleh guru melalui pertanyaan atau pernyataan yang sesuai dengan materi ajar dan kehidupan sehari-hari siswa. Dalam model ini, siswa dituntut untuk memecahkan permasalah melalui berbagai kegiatan dalam proses pembelajaran misalnya penyelidikan dan diskusi. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi, serta membentuk sikap kreatif, kritis, dan percaya diri.
2.      Hakikat Problem Based Instruction (PBI) sebagai Model Pembelajaran
Menurut Santyasa (2010:10-11), sebagai sebuah model pembelajaran, Problem Based Instruction (PBI) harus memiliki 5 komponen model pembelajaran. Komponen-komponen tersebut antara lain adalah :
a)                           Sintaks (tahapan), Problem Based Instruction (PBI) memiliki 5 tahapan pelaksanaan, yaitu : Orientasi siswa pada masalah; Mengorganisir siswa untuk belajar; Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; Menganalisis dan mengevaluasi proses masalah.
b)                           Sistem sosial yang mendukung model ini adalah: kedekatan guru dengan siswa dalam proses teacher-asisted instruction, minimnya peran guru sebagai transmitter pengetahuan, interaksi sosial yang efektif, dan latihan penyelidikan masalah yang kompleks.
c)                           Prinsip reaksi yang dapat dikembangkan adalah: peranan guru sebagai pembimbing dan negosiator. Peran-peran tersebut dapat ditampilkan secara lisan selama proses pendefinisian dan pengklarifikasian masalah.
d)                           Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah: lembar kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru, artikel, peralatan demonstrasi atau eksperimen yang sesuai, model analogi, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.
e)                           Dampak pembelajaran adalah pemahaman tentang kaitan pengetahuan dengan dunia nyata, dan bagaimana menggunakan pengetahuan dalam pemecahan masalah kompleks. Dampak pengiringnya adalah  menciptakan lingkungan kelas yang demokratis, dan efektif dalam mengatasi keragaman siswa.
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa Problem Based Instruction (PBI) memiliki 5 komponen yang membentuk sebuah model pembelajaran, sehingga Problem Based Instruction (PBI) dapat dikategorikan sebagai sebuah model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar.
3.      Ciri-ciri Problem Based Instruction (PBI)
Menurut Nur (2011: 3-5) (Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dirancang dengan tujuan agar siswa mampu membentuk pengetahuannya sendiri mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi, serta membentuk sikap kreatif, kritis, dan percaya diri. Sejumlah pengembang pembelajaran berdasarkan masalah telah mendeskripsikan model PBM dengan ciri-ciri atau fitur-fitur seperti berikut ini  : mengajukan pertanyaan atau masalah, berfokus pada interdisiplin, penyelidikan autentik, menghasilkan karya nyata dan memamerkan, dan terakhir kolaborasi.
a)      Mengajukan pertanyaan atau masalah
Pembelajaran diorganisasikan di sekitar pernyataan atau masalah-masalah yang penting dan bermakna bagi siswa. Pelajaran itu diarahkan pada situasi kehidupan nyata, menghindari jawaban sederhana, dan memperbolehkan adanya keragaman solusi yang kompetitif beserta argumentasinya.
b)      Berfokus pada interdisiplin
Pembelajaran berdasarkan masalah dapat berpusat pada mata pelajaran tertentu (Sains, Matematika, IPS), namun masalah nyata dan otentik itulah yang menjadi orientasi untuk diselidiki karena solusinya menghendaki siswa melibatkan banyak mata pelajaran.
c)      Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasarkan masalah menghendaki siswa untuk melaksanakan penyelidikan otentik dan berusaha memecahkan masalah nyata. Siswa harus menganalisis masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan informasi, melaksanakan eksperimen (bila diperlukan), membuat inferensi, dan membuat simpulan. 
d)      Menghasilkan karya nyata dan memamerkan
Problem Based Instruction (PBI) menghendaki siswa menghasilkan produk  dalam bentuk karya nyata dan memamerkannya. Produk ini mewakili solusi mereka dan dapat berupa sebuah laporan, model fisik, rekaman video, atau program computer. Karya nyata ini merupakan salah satu ciri inovatif model PBI.
e)      Kolaborasi
Seperti halnya pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah juga ditandai oelh siswa yang bekerjasama dengan siswa lain, sering kali dalam pasangan-pasangan atau kelompok-kelompok kecil. Bekerjasama mampu mendatangkan motivasi untuk keterlibatan berkelanjutan dalam tugas-tugas kompleks dan memperkaya kesempatan-kesempatan berbagi inkuiri dan dialog.
Beberapa ciri-ciri di atas menggambarkan secara umum tentang karakteristik model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dilaksanakan. Ciri-ciri tersebut memberikan petunjuk bagi peneliti untuk menyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan model  Problem Based Instruction (PBI) khusunya pada mata pelajaran IPA kelas IV SD.
4.      Sintaks Model Problem Based Instruction (PBI)
Menurut Arends (1997:161) sintaks atau tahapan dalam model Problem Based Instruction ada 5, antara lain adalah : (a) Orientasi siswa pada masalah , (b) Mengorganisir siswa untuk belajar, (c) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (a) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. berikut akan dikaji secara lebih rinci tentang 5 tahapan dalam Problem Based Instruction (PBI).
a)      Orientasi siswa pada masalah
Secara umum, di awal pembelajaran guru wajib menginformasikan secara jelas tujuan pembelajaran, menumbuhkan sikap positif terhadap pelajaran itu, dan mendeskripsikan apa yang diharapkan dilakukan siswa selama pembelajaran. Pada model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) tujuan-tujuan utama pelajaran tidak mempelajari sejumlah besar informasi baru namun lebih menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa mandiri. Permasalahan atau pertanyaan yang diselidiki tidak memiliki jawaban “benar” yang mutlak, dan kebanyakan masalah yang kompleks memilikibanyak solusi dan kadang-kadang saling bertentangan. Selain itu, guru juga harus menjelaskan proses dan prosedur model pembelajaran  Problem Based Instruction (PBI) secara rinci.
b)      Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Problem Based Instruction (PBI) menghendaki pengembangan keterampil-an kolaborasi siswa. Dalam tahap ini Guru berperan untuk membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan permasalahan. Pada tahap ini, siswa diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok kooperatif. Komposisi anggota tim penyelidikan  sebaiknya terdiri dari berbagai tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Pada kesempatan lain, guru dapat memutuskan untuk mengatur siswa sesuai mint bersama mereka atau dapat  membentuk kelompok-kelompok berdasarkan pola persahabatan yang sudah ada di antara mereka. 
c)      Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Penyelidikan yang dilakukan secara mandiri, berpasangan, atau dalam kelompok-kelompok penyelidikan kecil, merupakan inti dari Problem Based Instruction (PBI). Pada tahap ini guru berperan dalam mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Meskipun setiap situasi masalah memerlukan teknik-teknik penyelidikan yang sedikit berbeda, namun banyak kegiatan yang melibatkan proses-proses pengumpulan data, perumusan hipotesis dan pengujian, serta memberikan solusi.
d)      Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Fase penyelidikan itu diikuti oleh penciptaan hasil  karya dan pameran. Perilaku guru dalam tahap ini adalah guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
e)      Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Fase ini meliputi kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses-proses berfikir mereka sendiri di    samping keterampilan-keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan.
Dari 5 sintaks model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) yang telah dijelaskan di atas, peneliti merumuskan hubungan antara sintaks, kegiatan guru, dan kegiatan siswa, yang akan disajikan pada tabel berikut ini.
Hubungan Sintaks PBI, Kegiatan Guru, dan Kegiatan siswa
Sintaks PBI
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Tahap 1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan logistik penting yang dibutuhkan, dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.


Siswa menyimak informasi yang disajikan oleh guru dan termotivasi untuk belajar
Sintaks PBI
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Tahap 2
Mengorganisir siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah  tersebut.

Siswa belajar secara berkelompok yang telah dibentuk oleh guru dan melaksanakan tugas pemecahan masalah
Tahap 3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Melaksanakan penyelidikan dan mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.


Menembangkan dan menyajikan hasil karya di sekitar lingkungan belajar siswa, misalnya di kelas, mading sekolah, dan sebagainya.
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Melaksanakan evaluasi terhadap proses pemecahan masalah.

Peneliti menyimpulkan bahwa dalam model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI), Guru berkewajiban menggiring siswa untuk melakukan kegiatan. guru sebagai penyaji masalah, memberikan instruksi-instruksi, membimbing diskusi, memberikan dorongan dan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri . guru diharapkan dapat memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.
5.      Teori yang Melandasi Model  PBI
Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) tidak lahir dengan sendirinya, namun ada beberapa teori yang menjadi induk dari model pembelajaran inovatif ini. Menurut Arends (2011: 45) Problem Based Instruction (PBI) atau dalam istilah bahasa Indonesia adalah Pembelajaran Berdasarkan Masalah mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. Fokus dari model ini adalah bukan berapa banyak siswa melakukan sesuatu (perilaku mereka) tetapi pada apa yang mereka fikirkan (kognisi mereka) pada saat mereka melakukan perilaku itu. Pada pembelajaran ini, umumnya lebih melibatkan guru untuk bertindak sebagai seorang pembimbing dan fasilitator sehingga siswa belajar berfikir dan memecahkan sendiri masalah-masalah.
Arends (2011:46) menjelasakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah berawal dari tiga aliran utama pemikiran abad kedua puluh, yaitu : Dewey dan Kelas Berorientasi Masalah; Piaget, Vigotsky, dan Konstruktivisme; serta Bruner dengan Pembelajaran Penemuan.
a)      Dewey dan Kelas Berorientasi Masalah
Pembelajaran Berdasarkan Masalah menemukan akar intelektualnya dalam hasil karya John Dewey (1856-1952). Dalam Democracy and Education (1916), Dewey mendeskripsikan pandangan bahwa sekolah seharusnya menjadi laboratorium untuk pengatasan masalah kehidupan nyata. Visi pembelajaran yang purposeful (memiliki tujuan yang jelas) dan problem-centered (dipusatkan pada masalah) yang didukung oleh keinginan siswa untuk mengeksplorasi situasi yang secara pribadi bermakna bagi mereka, jelas mencerminkan hubungan antara Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan filosofi dan pedagogi pendidikan Dewey. Jadi dapat disimpulkan bahwa John Dewey dengan Kelas Berorientasi Masalah memberikan dasar filosofis untuk model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI).
b)      Piaget, Vigotsky dan Konstruktivisme
Belajar menurut teori belajar konstruktivisme yaitu : Pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran didasarai oleh kenyataan bahwa tiap individu memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya (Lapono, 2008:1.25).
Perspektif kognitif-konstruktivis yang menjadi landasan Pembelajaran Berdasarkan Masalah, banyak mengadopsi pendapat Piaget (Arends, 2011:46 - 47). Perspektif ini menyatakan bahwa pelajar dengan usia berapapun terlibat secara aktif dalam proses mendapatkan informasi dan mengonstruksikan pengetahuannya sendiri.
Vigotsky (Arends, 2011: 47) seperti halnya dengan Piaget yang percaya bahwa intelek berkembang ketika individu menghadapi pengalaman baru dan membingungkan, ketika mereka berusaha mengatasai diskrepansi yang ditimbulkan oleh pengalaman-pengalaman ini. Apabila Piaget memfokuskan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui anak terlepas dari konteks sosial atau kulturalnya, Vigotsky menekankan pentingnya aspek sosial belajar. Vigotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain memacu pengonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan perkembangan intelektual pelajar. Nilai penting dari ide Vigotsky bagi pendidikan adalah belajar terjadi melalui interaksi sosial dengan guru dan teman sebaya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa teori-teori konstruktivis tentang belajar, yang menekankan pada kebutuhan pelajar untuk menginvestigasi lingkungannya dan mengonstruksikan pengetahuan yang secara personal berarti telah memberikan dasar teoritis untuk Pembelajaran Berdasarkan Masalah. 
c)      Bruner dengan Pembelajaran Penemuan
Bruner (Nur, 2011:24) menjelaskan bahwa Pembelajaran Penemuan (Discoveriy Learning) adalah sebuah model pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide-ide pokok disiplin ilmu, kebutuhan untuk keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran, dan keyakinan bahwa pembelajaran sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi. Suchman (Arends, 2011: 48) mengembangkan pendekatan yang disebut inquiry training (latihan inkuiri), dalam pendekatan ini guru menyodorkan situasi yang membingungkan dengan maksud untuk memicu keingintahuan dan memotivasi penyelidikan. Problem Based Instruction (PBI) juga berorientasi pada konsep lain yang juga berasal dari Bruner, yaitu tentang scaffholding. Menurut Bruner, scaffholding sebagai sebuah proses dari pelajar yang dibantu untuk mengatasi masalah tertentu yang berada di luar kapasitas perkembangannya dengan bantuan guru atau orang lain yang lebih mampu. Bruner juga percaya bahwa interaksi social di dalam dan di luar sekolah banyak bertanggung jawab atas perolehan bahasa dan perilaku mengatasi masalah anak. 
Berdasarkan kajian teori tentang teori yang melandasi model Problem Based instruction (PBI) peneliti menyimpulkan bahwa model ini merupakan sebuah model yang terlahir berdasarkan tiga arus besar dalam dunia pendidikan abad ke-20, antara lain adalah  Dewey dan Kelas Berorientasi Masalah; Piaget, Vigotsky, dan Konstruktivisme; serta Bruner dengan Pembelajaran Penemuan. Ketiga induk teori pembelajaran ini memiliki peran masing-masing dalam melandasi PBI. Pembelajaran berorientasi masalah yang dikemukakan oleh Dewey memberikan dasar filosofis, sedangkan Piaget dan Vigotsky dengan teori belajar konstruktivisme memberikan landasan teoritis  bagi PBI. Bruner mendukung model  pembelajaran Problem Based instruction (PBI) dengan Discovery Learning yang meyakini bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui personal discovery (penemuan pribadi).
6.      Pembelajaran Kooperatif (Pembelajaran yang mendukung PBI)
Salah satu model pembelajaran inovatif yang menunjang model pembelajaran berdasarkan masalah adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Berdasarkan Masalah merupakan dua macam desain pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling menunjang dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki. Nur (2011: 57-58) mengatakan bahwa Pembelajaran berdasarkan masalah menghendaki pengembangan keterampilan-keterampilan kolaborasi siswa, dan guru membantu siswa secara bersama-sama menyelidiki masalah-masalah. Problem Based Instruction (PBI) juga mengehendaki agar para siswa merancang dan melaporkan tugas-tugas mereka.
a)      Pengertian Pembelajaraan Kooperatif
Berikut ini, penulis akan memaparkan beberapa definisi konseptual mengenai pembelajaran kooperatif. Roger, dkk (Huda, 2011: 29) menyatakan,
Cooperative learning is group learning activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of information  between learners ingroup which each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increase the learning of others. (Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertangung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain).
Teori belajar yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruksivisme, teori yang juga melandasi model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). Slavin menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif menggalak-kan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok yang memper-bolehkan  pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruksivisme (Rusman, 2011: 201).
Menurut Suprijono (2009:54) pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap saling menghormati sesama. Peserta didik bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan guru berperan sebagai fasilitator.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan oleh para tokoh di atas, penulis menyimpulkan bahwa Pembelajaran Kooperatif merupakan sebuah pendekatan atau model pembelajaran yang menekankan bahwa siswa akan lebih bermakna belajarnya apabila dalam pembelajaran dilaksanakan  adanya interaksi positif antar peserta didik, jadi siswa diarahkan agar mau bekerjasama dan saling bertukar ide dan fikiran serta berkompetisi antar kelompok belajar, dan guru bertugas sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
b)      Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif
Dalam model pembelajaran kooperatif guru harus mampu menciptakan kelas sebagai laboratorium demokrasi, supaya peserta didik terlatih dan terbiasa berbeda pendapat (Isjoni, 2011:62). Dari pernyataan tersebut, Isjoni menjelaskan peranan guru dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.
1)      Guru sebagai fasilitator
Sebagai seorang fasilitator guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan, memfasilitasi siswa untuk belajar, serta menjelaskan tujuan kegiatan dan mengatur penyebaran dalam bertukar pendapat.
2)      Guru sebagai mediator
Guru berperan sebagai penghubung dalam mengaitkan antara materi pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif dengan permasalahan nyata yang ditemukan di lapangan.
3)      Guru sebagai director-motivator
Guru berperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi, membantu kelancaran diskusi namun tidak memberikan jawaban. Sedangkan sebagai motivator, guru berperan sebagai pemberi semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi.
4)      Guru sebagai evaluator
Guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Penilaian tidak hanya pada hasil, namun lebih ditekankan pada penilaian proses.
Dari beberapa macam peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif, Penulis menyimpulkan bahwa guru harus benar-benar memahami peranannya dalam proses pembelajaran. Sehingga akan tercipta iklim pembelajaran yang kondusif, terjalin interaksi dan dialog yang hangat, baik antara guru dengan sisiwa maupun siswa dengan siswa lainnya.
Pembelajaran kooperatif bukan hanya pembelajaran yang dicirikan secara berkelompok, namun lebih ditekankan pada interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungan belajar yang ada. Pembelajaran kooperatif juga lebih mengutamakan kerjasama positif antar siswa untuk melaksanakan tugas-tugas dengan tujuan tertentu dalam pembelajaran. Pembelajaran ini sangat cocok apabila dipadukan dengan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). Pembelajaran kooperatif berguna bagi siswa untuk meningkatkan kerjasama dalam melakukan penyelidikan, berdiskusi untuk memecahkan masalah, dan menyajikan hasil karya kelompok
7.      Kelebihan Model Problem Based Instruction (PBI)
Sebagai sebuah model pembelajaran, Problem Based Instruction (PBI) memiliki beberapa kelebihan (Yazdani dalam Nur, 2011:33-35), antara lain :
a)      Menekankan pada makna, bukan fakta.
Dengan mengganti ceramah dengan forum diskusi, pemonitoran guru, dan penelitian kolaboratif, siswa menjadi terlibat dalam pembelajaran bermakna
b)      Meningkatkan pengarahan diri.
Ketika siswa berupaya mencari solusi atas masalah mereka, mereka cenderung menganggap tanggung jawab  untuk pembelajaran mereka meningkat.
c)                  Pemahaman tinggi dan pengembangan keterampilan yang lebih baik.
Siswa dapat berlatih pengetahuan dan keterampilan dalam konteks  fungsional, sehingga diharapkan mereka akan lebih baik dalam penerapan pengetahuan dan keterampilan itu dalam bekerja kelak.
d)      Keterampilan-keterampilan Interpersonal dan kerja tim.
Metode ini mengutamakan interaksi antar siswa dan keterampilan-keterampilan interpersonal.
e)      Sikap memotivasi diri sendiri.
Siswa berfikir bahwa pembelajaran berdasarkan masalah lebih menarik, merangsang, menyenangkan, dan PBM/PBI menawarkan cara belajar yang lebih fleksibel dan mengasuh.
f)        Hubungan tutor-siswa.
Guru memandang pembelajaran berdasarkan masalah lebih menekankan pada pembimbingan dan merupakan pembelajaran yang menyenangkan, dan yakin bahwa peningkatan kontak antar siswa itu bermanfaat bagi pertumbuhan kognitif siswa.
g)      Tingkat pembelajaran yang lebih baik.
Siswa-siswa yang belajar dengan model pembelajaran berdasarkan masalah memperoleh skor yang lebih baik daripada siswa-siswa tradisional.
8.                     Penerapan  Model Problem Based Instruction (PBI) pada Pembelajaran IPA di SD
Sesuai dengan hakikat IPA, ilmu ini bukan hanya sebagai produk tetapi juga sebagai proses, sikap, dan teknologi. Sehingga dalam mengajarkan IPA, guru harus memperhatikan keempat dimensi tersebut agar pembelajaran IPA lebih berkualitas dan bermanfaat. Di samping itu terdapat pula prinsip pembelajaran IPA yang harus diperhatikan oleh guru, salah satu prinsip tersebut adalah prinsip pemecahan masalah. Pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhadapan dengan berbagai macam masalah. Di sisi lain, salah satu alat ukur kecerdasan siswa banyak ditentukan oleh kemampuannya memecahkan masalah. Oleh karena itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip ini agar siswa terlatih untuk menyelesaikan suatu masalah. Berdasarkan hakikat dan prinsip IPA tersebut, guru harus menciptakan proses pembelajaran yang mampu mengkondisikan siswa agar belajar untuk memecahkan masalah. Salah satu model pembelajaran yang dapat dipilih untuk melaksanakan pembelajaran semacam ini adalah model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). Dalam model ini, siswa dituntut untuk memecahkan permasalah melalui berbagai kegiatan dalam proses pembelajaran misalnya penyelidikan dan diskusi. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi, serta membentuk sikap kreatif, kritis, dan percaya diri.
Menurut Arends (1997:161) sintaks atau tahapan dalam model Problem Based Instruction ada 5, antara lain adalah : (a) Orientasi siswa pada masalah , (b) Mengorganisir siswa untuk belajar, (c) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (a) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Berikut ini adalah penjelasan dari tahap-tahap model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) yang diterapkan dalam pembelajaran IPA di SD :
a)                           Orientasi siswa pada masalah
Guru menyajikan permasalahan kepada siswa lewat bercerita maupun penayangan video. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan sebagai permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa.
b)                           Mengorganisir siswa untuk belajar
Guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok belajar kemudian menjelaskan tugas yang harus dilaksanakan siswa melalui LKS.
c)                           Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru memfasilitasi siswa untuk melaksanakan kegiatan penyelidikan dengan tujuan memecahkan masalah yang telah dirumuskan. Kegiatan penyelidikan yang dimaksud di penelitian ini adalah siswa melakukan eksperimen dengan alat dan bahan yang telah disediakan oleh guru secara berkelompok.
d)                           Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan poster untuk dipresentasikan dan didiskusikan di kelas. Setelah dipresentasikan, hasil karya tersebut dipajang di tembok kelas sebagai pameran karya siswa.
e)                           Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Kegiatan ini bertujuan untuk meninjau kembali kegiatan yang telah dilaksanakan.
Daftar Pustaka
Arends, Richard I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York:
Mac Millan Publishing.
                         . (2011). Learning To Teach. diterjemahkan oleh Prajitno Soetjipto & Sri Mulyantini Sutjipto. (2008). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Burhan, Siska Andriyani. 2011. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melaui Pendekatan Problem Based Instruction (PBI) Berindikator MASTER di Kelas IV SDN Pecuk I Mijen Demak. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang.
Hamsa, Alief. 2009. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. [online]. Tersedia di : http://www.alief-hamsa.blogspot.com/ [diakses tanggal 20 Februari 2012].
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning (Metode, Teknik, Struktur, dan Model Terapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Indrawati dan Wanwan Setiawan. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Jakarta: PPPPTK IPA.
Isjoni. 2011. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Mergendoller,J.R, dkk. 2000. The Effectiveness Of Problem Based Instruction. Journal Of Education Research. Tersedia di :  http://projects.coe.uga.edu/epltt/index .php?title=Proble Based Instruction [diunduh tanggal 20 Februari 2012].
Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1992/1993.  Strategi Belajar-Mengajar.  Jakarta: Proyek PTK, Ditjen Dikti, Depdikbud.
Muslich, Masnur. 2009. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Nur, Mohammad. 2011. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Pusat Sains Dan Matematika Sekolah Unesa.
Patta Bundu. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru (Ed. 1 Cet. 3). Jakarta. Rajawali Pers.
Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta
Santyasa, I Wayan. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Makalah. Disajikan dalam pelatihan tentang Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-Guru SMP dan SMA, Tanggal 29 Juni s.d 1 Juli 2007, Di Nusa Penida.
Slavin, Robert E. 1994. Educational Psychology Theory and Practice.
Massachussetts: Paramount.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Thohari, Nursah. 2011. Strategi Pembelajaran PBI (Problem Based Instruction) untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPA SD Negeri 03 Lempong Jenawi Karanganyar. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tersedia di http://etd.eprints.ums.ac.id/13965/. [diunduh pada tanggal 15 Februaru 2012].
Wikipedia. 2012. Ilmu Alam. [online]. Tersedia di : http://id.wikipedia. org/wiki/Ilmu_alam. [dunduh tanggal 2 Februari 2012].
____________. 2011. Hasil Belajar IPA di Sekolah Dasar. [online]. Tersedia di  : http://www.sekolahdasar.net/2011/06/hasil-belajar-ipa-di-sekolah-dasar.html.    [diunduh tanggal 30 Januari 2012].
____________. 2011. Prinsip-prinsip Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. [online]. Tersedia di : http://www.sekolahdasar.net/2011/06/hasil-belajar-ipa-di-sekolah dasar.html.    [diunduh tanggal 30 Januari 2012].




Baca Juga : Model Pembelajaran Predict Observe Explain ; Model Pembelajaran Quantum Learning ; Model Pembelajaran Mind Mapping ; Model Pembelajaran Problem Based Instruction ; Model Pembelajaran Kooperatif


Tidak ada komentar:

Posting Komentar