Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
Masalah atau dalam bahasa inggris problem pada dasarnya adalah suatu
kejadian yang pasti akan dialami oleh tiap individu. Umumnya manusia akan
berusaha mencari jalan keluar atau mencari pemecahan masalah (solusi) atas
permasalahan yang sedang dihadapi, kemudian dia akan menjadikan solusi dari permasalahan
tersebut sebagai pelajaran penting untuk kehidupannya. Jadi, permasalahan yang
dihadapi seseorang dapat melatih orang tersebut untuk lebih cerdas dan
bijaksana dalam mengambil langkah selanjutnya.
Pola pikir seperti di atas, mendorong
peneliti untuk menerapkan sebuah problem menjadi basis atau dasar dari
pembelajaran di sekolah. Permasalahan yang dijadikan dasar dari pembelajaran
dipahami sebagai sebuah metode yang inovatif karena problem yang hakikatnya harus dihindari dan dicegah, dimanfaatkan oleh
guru dan peserta didik sebagai titik awal pembelajaran di sekolah. Dengan
menggunakan permasalahan sebagai dasar dari pembelajaran, diharapkan kegiatan
belajar mengajar akan lebih bermakna. Siswa berpikir lebih kritis dan inovatif,
karena mereka didorong untuk memecahkan permasalahan yang dihadirkan oleh guru.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah Problem Based Instruction (PBI) merupakan model pembelajaran yang bisa diterapkan
untuk mengajar siswa sekolah dasar, karena model ini akan memfasilitasi siswa untuk
belajar lebih aktif, kreatif, inovatif, mencari jawaban atas rasa ingin tahu
dari siswa dengan cara yang menantang dan menyenangkan. Untuk itu, berikut akan
dipaparkan beberapa pendapat para tokoh tentang model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI).
1.
Pengertian Problem Based
Instruction (PBI)
Arends (1997:157) mengemukakan bahwa Pembelajaran
Berdasarkan Masalah (Problem Based
Instruction) merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa
mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan
mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berfikir tingkat lebih
tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
Glazer
menyatakan bahwa Problem-based Instruction is an effort to challenge students to
address real-world problems and resolve realistic dilemmas. Such problems
create opportunities for meaningful activities that engage students in problem
solving and higher-ordered thinking in authentic setting. (Pengajaran
Berdasarkan Masalah adalah sebuah upaya untuk menantang siswa untuk menunjuk
masalah dunia nyata dan memecahkan permasalahan yang realistis. Masalah
demikian menciptakan kesempatan untuk aktivitas bermakna yang melibatkan siswa
dalam pemecahan masalah dan kemampuan berfikir tingkat tinggi pada setelan yang
sesungguhnya).
Dr. Glazer choose to use the term Problem-based
Instruction, other references also use the term Problem-based Learning. The reader
can assume the terms are equivalent. Dr. Glazer memilih untuk menggunakan
istilah Problem-based Instruction, referensi
lain juga menggunakan istilah Problem-based
Learning. Kita dapat mengasumsikan bahwa istilah tersebut sama. (http://projects.coe.ug
a.edu/epltt/inde x.php?title=Problem_Based Instruction) diunduh pada
tanggal 20 Februari 2012.
Problem-based learning (PBL) is an appealing
instructional strategy. Rather than reading or hearing about the facts and
concepts that define an academic field of study, students solve realistic
(albeit, simulated) problems that reflect the decisions and dilemmas people
face every day. Many argue that PBL is a powerful and engaging learning
strategy that leads to sustained and transferable learning.(The
Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, volume 1,no.2) dalam Bahasa Indonesia
berarti Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah sebuah strategi pembelajaran
perbandingan antara membaca atau mendengar tentang fakta dan konsep yang
mendefinisikan satu bidang akademik dari belajar, siswa memecahkan masalah
nyata (meskipun hanya meniru) yang mencerminkan keputusan dan permasalahan yang
dihadapi orang-orang setiap hari. Banyak pendapat mengatakan bahwa PBL adalah
sebuah strategi pembelajaran yang kuat dan melibatkan strategi pembelajaran
yang mengusung pembelajaran yang dapat ditransfer.
Menurut Yayan Iryana (2009), Pembelajaran berdasarkan masalah artinya
pembelajaran didasarkan pada masalah sehari-hari dan dalam pembelajaran siswa
diajak untuk memecahkannya. Melalui pembelajaran semacam itu siswa akan merasa
ditantang untuk mengajukan gagasan. Biasanya akan muncul berbagai gagasan dan
siswa akan saling memberikan alasan dari gagasan yang diajukan. Dalam proses
pembahasan, gagasan itu akan terjadi interaksi dan pemaduan gagasan yang pada
akhirnya mengarah pada saling melengkapi. Siswa biasanya sangat senang karena
merasa mampu memecahkan masalah yang diberikan (http://www.alief-hamsa.blogspot.com/)
diakses pada tanggal 20 Februari 2012.
Dari beberapa pengertian tentang model Problem Based Instruction (PBI) yang
telah dikemukan oleh beberapa tokoh di atas, Peneliti menyimpulkan definisi
dari PBI adalah sebuah model pembelajaran yang memulai proses belajar mengajar
dengan suatu permasalahan yang
disodorkan oleh guru melalui pertanyaan atau pernyataan yang sesuai dengan
materi ajar dan kehidupan sehari-hari siswa. Dalam model ini, siswa dituntut
untuk memecahkan permasalah melalui berbagai kegiatan dalam proses pembelajaran
misalnya penyelidikan dan diskusi. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi,
serta membentuk sikap kreatif, kritis, dan percaya diri.
2. Hakikat Problem Based Instruction (PBI) sebagai Model
Pembelajaran
Menurut
Santyasa (2010:10-11), sebagai sebuah model pembelajaran, Problem Based Instruction (PBI) harus memiliki 5 komponen model
pembelajaran. Komponen-komponen tersebut antara lain adalah :
a)
Sintaks (tahapan), Problem
Based Instruction (PBI) memiliki 5 tahapan pelaksanaan, yaitu : Orientasi
siswa pada masalah; Mengorganisir siswa untuk belajar; Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok; Mengembangkan dan menyajikan hasil karya;
Menganalisis dan mengevaluasi proses masalah.
b)
Sistem sosial yang mendukung model ini adalah: kedekatan
guru dengan siswa dalam proses teacher-asisted
instruction, minimnya peran guru sebagai transmitter pengetahuan, interaksi
sosial yang efektif, dan latihan penyelidikan masalah yang kompleks.
c)
Prinsip reaksi yang dapat dikembangkan adalah: peranan
guru sebagai pembimbing dan negosiator. Peran-peran tersebut dapat ditampilkan
secara lisan selama proses pendefinisian dan pengklarifikasian masalah.
d)
Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah: lembar
kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru,
artikel, peralatan demonstrasi atau eksperimen yang sesuai, model analogi, meja
dan kursi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk
itu.
e)
Dampak pembelajaran adalah pemahaman tentang kaitan
pengetahuan dengan dunia nyata, dan bagaimana menggunakan pengetahuan dalam
pemecahan masalah kompleks. Dampak pengiringnya adalah menciptakan lingkungan kelas yang demokratis,
dan efektif dalam mengatasi keragaman siswa.
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa Problem Based Instruction (PBI) memiliki
5 komponen yang membentuk sebuah model pembelajaran, sehingga Problem Based Instruction (PBI) dapat
dikategorikan sebagai sebuah model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
proses belajar mengajar.
3. Ciri-ciri Problem Based Instruction (PBI)
Menurut Nur (2011: 3-5) (Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dirancang dengan tujuan agar siswa
mampu membentuk pengetahuannya sendiri mengembangkan kemampuan berfikir tingkat
tinggi, serta membentuk sikap kreatif, kritis, dan percaya diri. Sejumlah
pengembang pembelajaran berdasarkan masalah telah mendeskripsikan model PBM
dengan ciri-ciri atau fitur-fitur seperti berikut ini : mengajukan pertanyaan atau masalah,
berfokus pada interdisiplin, penyelidikan autentik, menghasilkan karya nyata
dan memamerkan, dan terakhir kolaborasi.
a)
Mengajukan pertanyaan atau
masalah
Pembelajaran diorganisasikan di sekitar pernyataan atau masalah-masalah
yang penting dan bermakna bagi siswa. Pelajaran itu diarahkan pada situasi
kehidupan nyata, menghindari jawaban sederhana, dan memperbolehkan adanya
keragaman solusi yang kompetitif beserta argumentasinya.
b)
Berfokus pada interdisiplin
Pembelajaran berdasarkan masalah dapat berpusat pada mata pelajaran
tertentu (Sains, Matematika, IPS), namun masalah nyata dan otentik itulah yang
menjadi orientasi untuk diselidiki karena solusinya menghendaki siswa
melibatkan banyak mata pelajaran.
c)
Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasarkan masalah menghendaki siswa untuk melaksanakan
penyelidikan otentik dan berusaha memecahkan masalah nyata. Siswa harus
menganalisis masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi,
mengumpulkan informasi, melaksanakan eksperimen (bila diperlukan), membuat
inferensi, dan membuat simpulan.
d)
Menghasilkan karya nyata
dan memamerkan
Problem Based Instruction (PBI) menghendaki siswa
menghasilkan produk dalam bentuk karya
nyata dan memamerkannya. Produk ini mewakili solusi mereka dan dapat berupa
sebuah laporan, model fisik, rekaman video, atau program computer. Karya nyata
ini merupakan salah satu ciri inovatif model PBI.
e)
Kolaborasi
Seperti halnya
pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah juga ditandai oelh
siswa yang bekerjasama dengan siswa lain, sering kali dalam pasangan-pasangan
atau kelompok-kelompok kecil. Bekerjasama mampu mendatangkan motivasi untuk
keterlibatan berkelanjutan dalam tugas-tugas kompleks dan memperkaya
kesempatan-kesempatan berbagi inkuiri dan dialog.
Beberapa ciri-ciri di atas menggambarkan secara umum
tentang karakteristik model pembelajaran Problem
Based Instruction (PBI) dilaksanakan. Ciri-ciri tersebut memberikan
petunjuk bagi peneliti untuk menyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan model Problem
Based Instruction (PBI) khusunya pada mata pelajaran IPA kelas IV SD.
4. Sintaks Model Problem Based Instruction (PBI)
Menurut Arends (1997:161) sintaks atau tahapan dalam model Problem Based Instruction ada 5, antara
lain adalah : (a) Orientasi siswa pada masalah , (b) Mengorganisir siswa untuk
belajar, (c) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (d)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (a) Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah. berikut akan dikaji secara lebih rinci tentang 5
tahapan dalam Problem Based Instruction (PBI).
a)
Orientasi siswa pada
masalah
Secara umum, di awal pembelajaran guru wajib menginformasikan secara
jelas tujuan pembelajaran, menumbuhkan sikap positif terhadap pelajaran itu,
dan mendeskripsikan apa yang diharapkan dilakukan siswa selama pembelajaran.
Pada model pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI) tujuan-tujuan utama pelajaran tidak mempelajari sejumlah
besar informasi baru namun lebih menyelidiki masalah-masalah penting dan
bagaimana menjadi siswa mandiri. Permasalahan atau pertanyaan yang diselidiki
tidak memiliki jawaban “benar” yang mutlak, dan kebanyakan masalah yang
kompleks memilikibanyak solusi dan kadang-kadang saling bertentangan. Selain
itu, guru juga harus menjelaskan proses dan prosedur model pembelajaran Problem
Based Instruction (PBI) secara rinci.
b)
Mengorganisasikan siswa
untuk belajar
Problem Based Instruction (PBI) menghendaki
pengembangan keterampil-an kolaborasi siswa. Dalam tahap ini Guru berperan
untuk membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan permasalahan. Pada tahap ini, siswa diorganisasikan ke dalam
kelompok-kelompok kooperatif. Komposisi anggota tim penyelidikan sebaiknya terdiri dari berbagai tingkat
kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Pada kesempatan lain, guru dapat
memutuskan untuk mengatur siswa sesuai mint bersama mereka atau dapat membentuk kelompok-kelompok berdasarkan pola
persahabatan yang sudah ada di antara mereka.
c)
Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok
Penyelidikan yang dilakukan secara mandiri, berpasangan, atau dalam
kelompok-kelompok penyelidikan kecil, merupakan inti dari Problem Based Instruction (PBI). Pada tahap ini guru berperan dalam
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Meskipun setiap
situasi masalah memerlukan teknik-teknik penyelidikan yang sedikit berbeda,
namun banyak kegiatan yang melibatkan proses-proses pengumpulan data, perumusan
hipotesis dan pengujian, serta memberikan solusi.
d)
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Fase penyelidikan itu diikuti oleh penciptaan hasil karya dan pameran. Perilaku guru dalam tahap
ini adalah guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi
tugas dengan temannya.
e)
Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
Fase
ini meliputi kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk membantu siswa menganalisis
dan mengevaluasi proses-proses berfikir mereka sendiri di samping keterampilan-keterampilan penyelidikan
dan intelektual yang mereka gunakan.
Dari 5 sintaks
model pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI) yang telah dijelaskan di atas, peneliti merumuskan
hubungan antara sintaks, kegiatan guru, dan kegiatan siswa, yang akan disajikan
pada tabel berikut ini.
Hubungan Sintaks PBI, Kegiatan Guru, dan Kegiatan siswa
Sintaks PBI
|
Kegiatan Guru
|
Kegiatan Siswa
|
Tahap
1
Orientasi
siswa pada masalah
|
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan
logistik penting yang dibutuhkan, dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilih.
|
Siswa menyimak informasi yang
disajikan oleh guru dan termotivasi untuk belajar
|
Sintaks PBI
|
Kegiatan Guru
|
Kegiatan Siswa
|
Tahap
2
Mengorganisir
siswa untuk belajar
|
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
|
Siswa belajar secara berkelompok
yang telah dibentuk oleh guru dan melaksanakan tugas pemecahan masalah
|
Tahap
3
Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok
|
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
|
Melaksanakan penyelidikan dan
mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah
|
Tahap
4
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
|
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka
untuk berbagi tugas dengan temannya.
|
Menembangkan dan menyajikan hasil
karya di sekitar lingkungan belajar siswa, misalnya di kelas, mading sekolah,
dan sebagainya.
|
Tahap
5
Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
|
Melaksanakan evaluasi terhadap
proses pemecahan masalah.
|
Peneliti menyimpulkan bahwa dalam model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI), Guru
berkewajiban menggiring siswa untuk melakukan kegiatan. guru sebagai penyaji
masalah, memberikan instruksi-instruksi, membimbing diskusi, memberikan
dorongan dan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri . guru
diharapkan dapat memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang
kondusif dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang
bervariasi.
5. Teori yang Melandasi
Model PBI
Model
pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
tidak lahir dengan sendirinya, namun ada beberapa teori yang menjadi induk dari
model pembelajaran inovatif ini. Menurut Arends (2011: 45) Problem Based Instruction (PBI) atau dalam istilah bahasa Indonesia
adalah Pembelajaran Berdasarkan Masalah mengambil psikologi kognitif sebagai
dukungan teoritisnya. Fokus dari model ini adalah bukan berapa banyak siswa
melakukan sesuatu (perilaku mereka) tetapi pada apa yang mereka fikirkan
(kognisi mereka) pada saat mereka melakukan perilaku itu. Pada pembelajaran
ini, umumnya lebih melibatkan guru untuk bertindak sebagai seorang pembimbing
dan fasilitator sehingga siswa belajar berfikir dan memecahkan sendiri
masalah-masalah.
Arends (2011:46) menjelasakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah
berawal dari tiga aliran utama pemikiran abad kedua puluh, yaitu : Dewey dan
Kelas Berorientasi Masalah; Piaget, Vigotsky, dan Konstruktivisme; serta Bruner
dengan Pembelajaran Penemuan.
a)
Dewey dan Kelas
Berorientasi Masalah
Pembelajaran Berdasarkan Masalah menemukan akar intelektualnya dalam
hasil karya John Dewey (1856-1952). Dalam Democracy
and Education (1916), Dewey mendeskripsikan pandangan bahwa sekolah
seharusnya menjadi laboratorium untuk pengatasan masalah kehidupan nyata. Visi
pembelajaran yang purposeful (memiliki
tujuan yang jelas) dan problem-centered
(dipusatkan pada masalah) yang didukung oleh keinginan siswa untuk
mengeksplorasi situasi yang secara pribadi bermakna bagi mereka, jelas
mencerminkan hubungan antara Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan filosofi
dan pedagogi pendidikan Dewey. Jadi dapat disimpulkan bahwa John Dewey dengan
Kelas Berorientasi Masalah memberikan dasar filosofis untuk model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI).
b)
Piaget, Vigotsky dan
Konstruktivisme
Belajar menurut
teori belajar konstruktivisme yaitu : Pengetahuan baru dikonstruksi sendiri
oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya. Pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran didasarai oleh
kenyataan bahwa tiap individu memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kembali
pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya (Lapono, 2008:1.25).
Perspektif
kognitif-konstruktivis yang menjadi landasan Pembelajaran Berdasarkan Masalah,
banyak mengadopsi pendapat Piaget (Arends, 2011:46 - 47). Perspektif ini
menyatakan bahwa pelajar dengan usia berapapun terlibat secara aktif dalam
proses mendapatkan informasi dan mengonstruksikan pengetahuannya sendiri.
Vigotsky
(Arends, 2011: 47) seperti halnya dengan Piaget yang percaya bahwa intelek berkembang
ketika individu menghadapi pengalaman baru dan membingungkan, ketika mereka
berusaha mengatasai diskrepansi yang ditimbulkan oleh pengalaman-pengalaman
ini. Apabila Piaget memfokuskan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang
dilalui anak terlepas dari konteks sosial atau kulturalnya, Vigotsky menekankan
pentingnya aspek sosial belajar. Vigotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan
orang lain memacu pengonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan perkembangan
intelektual pelajar. Nilai penting dari ide Vigotsky bagi pendidikan adalah
belajar terjadi melalui interaksi sosial dengan guru dan teman sebaya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa teori-teori konstruktivis tentang belajar,
yang menekankan pada kebutuhan pelajar untuk menginvestigasi lingkungannya dan
mengonstruksikan pengetahuan yang secara personal berarti telah memberikan
dasar teoritis untuk Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
c)
Bruner dengan Pembelajaran
Penemuan
Bruner (Nur, 2011:24) menjelaskan bahwa Pembelajaran Penemuan (Discoveriy Learning) adalah sebuah
model pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur
atau ide-ide pokok disiplin ilmu, kebutuhan untuk keterlibatan aktif siswa
dalam proses pembelajaran, dan keyakinan bahwa pembelajaran sebenarnya terjadi
melalui penemuan pribadi. Suchman (Arends, 2011: 48) mengembangkan pendekatan
yang disebut inquiry training
(latihan inkuiri), dalam pendekatan ini guru menyodorkan situasi yang
membingungkan dengan maksud untuk memicu keingintahuan dan memotivasi
penyelidikan. Problem Based Instruction
(PBI) juga berorientasi pada konsep lain yang juga berasal dari Bruner, yaitu
tentang scaffholding. Menurut Bruner,
scaffholding sebagai sebuah proses
dari pelajar yang dibantu untuk mengatasi masalah tertentu yang berada di luar kapasitas
perkembangannya dengan bantuan guru atau orang lain yang lebih mampu. Bruner
juga percaya bahwa interaksi social di dalam dan di luar sekolah banyak
bertanggung jawab atas perolehan bahasa dan perilaku mengatasi masalah anak.
Berdasarkan kajian teori tentang teori yang melandasi model Problem Based instruction (PBI) peneliti
menyimpulkan bahwa model ini merupakan sebuah model yang terlahir berdasarkan
tiga arus besar dalam dunia pendidikan abad ke-20, antara lain adalah Dewey dan Kelas Berorientasi Masalah; Piaget,
Vigotsky, dan Konstruktivisme; serta Bruner dengan Pembelajaran Penemuan.
Ketiga induk teori pembelajaran ini memiliki peran masing-masing dalam
melandasi PBI. Pembelajaran berorientasi masalah yang dikemukakan oleh Dewey
memberikan dasar filosofis, sedangkan Piaget dan Vigotsky dengan teori belajar
konstruktivisme memberikan landasan teoritis
bagi PBI. Bruner mendukung model
pembelajaran Problem Based
instruction (PBI) dengan Discovery
Learning yang meyakini bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui personal discovery (penemuan pribadi).
6. Pembelajaran Kooperatif (Pembelajaran yang
mendukung PBI)
Salah satu model pembelajaran inovatif yang
menunjang model pembelajaran berdasarkan masalah adalah pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
merupakan dua macam desain pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya
saling menunjang dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki. Nur (2011: 57-58)
mengatakan bahwa Pembelajaran berdasarkan masalah menghendaki pengembangan
keterampilan-keterampilan kolaborasi siswa, dan guru membantu siswa secara
bersama-sama menyelidiki masalah-masalah. Problem
Based Instruction (PBI) juga mengehendaki agar para siswa merancang dan
melaporkan tugas-tugas mereka.
a) Pengertian Pembelajaraan Kooperatif
Berikut ini, penulis akan memaparkan beberapa
definisi konseptual mengenai pembelajaran kooperatif. Roger, dkk (Huda, 2011:
29) menyatakan,
Cooperative learning is group learning
activity organized in such a way that learning is based on the socially
structured change of information between
learners ingroup which each learner is held accountable for his or her own
learning and is motivated to increase the learning of others. (Pembelajaran kooperatif merupakan
aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa
pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara
kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertangung
jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran
anggota-anggota yang lain).
Teori belajar yang melandasi pembelajaran
kooperatif adalah teori konstruksivisme, teori yang juga melandasi model
pembelajaran Problem Based Instruction
(PBI). Slavin menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif menggalak-kan siswa
berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok yang memper-bolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri
dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruksivisme
(Rusman, 2011: 201).
Menurut Suprijono (2009:54) pembelajaran
kooperatif didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan
sikap saling menghormati sesama. Peserta didik bertanggung jawab atas belajar
mereka sendiri dan guru berperan sebagai fasilitator.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah
dikemukakan oleh para tokoh di atas, penulis menyimpulkan bahwa Pembelajaran
Kooperatif merupakan sebuah pendekatan atau model pembelajaran yang menekankan
bahwa siswa akan lebih bermakna belajarnya apabila dalam pembelajaran
dilaksanakan adanya interaksi positif
antar peserta didik, jadi siswa diarahkan agar mau bekerjasama dan saling bertukar
ide dan fikiran serta berkompetisi antar kelompok belajar, dan guru bertugas
sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
b) Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif
Dalam model pembelajaran kooperatif guru
harus mampu menciptakan kelas sebagai laboratorium demokrasi, supaya peserta
didik terlatih dan terbiasa berbeda pendapat (Isjoni, 2011:62). Dari pernyataan
tersebut, Isjoni menjelaskan peranan guru dalam pelaksanaan pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut.
1)
Guru sebagai fasilitator
Sebagai seorang fasilitator guru harus mampu
menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan, memfasilitasi siswa
untuk belajar, serta menjelaskan tujuan kegiatan dan mengatur penyebaran dalam
bertukar pendapat.
2)
Guru sebagai mediator
Guru berperan sebagai penghubung dalam
mengaitkan antara materi pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif dengan
permasalahan nyata yang ditemukan di lapangan.
3)
Guru sebagai director-motivator
Guru berperan dalam membimbing serta
mengarahkan jalannya diskusi, membantu kelancaran diskusi namun tidak
memberikan jawaban. Sedangkan sebagai motivator, guru berperan sebagai pemberi
semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi.
4)
Guru sebagai evaluator
Guru berperan dalam menilai kegiatan belajar
mengajar yang sedang berlangsung. Penilaian tidak hanya pada hasil, namun lebih
ditekankan pada penilaian proses.
Dari beberapa macam peran guru dalam
pelaksanaan pembelajaran kooperatif, Penulis menyimpulkan bahwa guru harus
benar-benar memahami peranannya dalam proses pembelajaran. Sehingga akan tercipta
iklim pembelajaran yang kondusif, terjalin interaksi dan dialog yang hangat,
baik antara guru dengan sisiwa maupun siswa dengan siswa lainnya.
Pembelajaran
kooperatif bukan hanya pembelajaran yang dicirikan secara berkelompok, namun
lebih ditekankan pada interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun
siswa dengan lingkungan belajar yang ada. Pembelajaran kooperatif juga lebih
mengutamakan kerjasama positif antar siswa untuk melaksanakan tugas-tugas
dengan tujuan tertentu dalam pembelajaran. Pembelajaran ini sangat cocok
apabila dipadukan dengan model pembelajaran Problem
Based Instruction (PBI). Pembelajaran kooperatif berguna bagi siswa untuk
meningkatkan kerjasama dalam melakukan penyelidikan, berdiskusi untuk
memecahkan masalah, dan menyajikan hasil karya kelompok
7.
Kelebihan Model Problem Based
Instruction (PBI)
Sebagai
sebuah model pembelajaran, Problem Based
Instruction (PBI) memiliki beberapa kelebihan (Yazdani dalam Nur,
2011:33-35), antara lain :
a) Menekankan pada makna, bukan fakta.
Dengan
mengganti ceramah dengan forum diskusi, pemonitoran guru, dan penelitian
kolaboratif, siswa menjadi terlibat dalam pembelajaran bermakna
b) Meningkatkan pengarahan diri.
Ketika siswa berupaya mencari solusi atas masalah mereka,
mereka cenderung menganggap tanggung jawab
untuk pembelajaran mereka meningkat.
c)
Pemahaman tinggi dan pengembangan
keterampilan yang lebih baik.
Siswa
dapat berlatih pengetahuan dan keterampilan dalam konteks fungsional, sehingga diharapkan mereka akan
lebih baik dalam penerapan pengetahuan dan keterampilan itu dalam bekerja
kelak.
d) Keterampilan-keterampilan Interpersonal dan kerja tim.
Metode
ini mengutamakan interaksi antar siswa dan keterampilan-keterampilan
interpersonal.
e) Sikap memotivasi diri sendiri.
Siswa berfikir bahwa pembelajaran berdasarkan
masalah lebih menarik, merangsang, menyenangkan, dan PBM/PBI menawarkan cara
belajar yang lebih fleksibel dan mengasuh.
f)
Hubungan tutor-siswa.
Guru
memandang pembelajaran berdasarkan masalah lebih menekankan pada pembimbingan dan
merupakan pembelajaran yang menyenangkan, dan yakin bahwa peningkatan kontak
antar siswa itu bermanfaat bagi pertumbuhan kognitif siswa.
g) Tingkat pembelajaran yang lebih baik.
Siswa-siswa yang belajar dengan model
pembelajaran berdasarkan masalah memperoleh skor yang lebih baik daripada
siswa-siswa tradisional.
8.
Penerapan Model Problem Based Instruction (PBI) pada
Pembelajaran IPA di SD
Sesuai dengan hakikat IPA, ilmu ini bukan
hanya sebagai produk tetapi juga sebagai proses, sikap, dan teknologi. Sehingga
dalam mengajarkan IPA, guru harus memperhatikan keempat dimensi tersebut agar
pembelajaran IPA lebih berkualitas dan bermanfaat. Di samping itu terdapat pula
prinsip pembelajaran IPA yang harus diperhatikan oleh guru, salah satu prinsip
tersebut adalah prinsip pemecahan masalah. Pada dasarnya dalam
kehidupan sehari-hari manusia selalu berhadapan dengan berbagai macam masalah.
Di sisi lain, salah satu alat ukur kecerdasan siswa banyak ditentukan oleh
kemampuannya memecahkan masalah. Oleh karena itu, pembelajaran IPA perlu
menerapkan prinsip ini agar siswa terlatih untuk menyelesaikan suatu masalah.
Berdasarkan hakikat dan prinsip IPA tersebut, guru harus menciptakan proses
pembelajaran yang mampu mengkondisikan siswa agar belajar untuk memecahkan masalah.
Salah satu model pembelajaran yang dapat dipilih untuk melaksanakan
pembelajaran semacam ini adalah model pembelajaran Problem
Based Instruction (PBI). Dalam model ini, siswa dituntut untuk memecahkan
permasalah melalui berbagai kegiatan dalam proses pembelajaran misalnya
penyelidikan dan diskusi. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi,
serta membentuk sikap kreatif, kritis, dan percaya diri.
Menurut Arends (1997:161) sintaks atau
tahapan dalam model Problem Based
Instruction ada 5, antara lain adalah : (a) Orientasi siswa pada masalah ,
(b) Mengorganisir siswa untuk belajar, (c) Membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok, (d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (a) Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Berikut ini adalah penjelasan dari
tahap-tahap model pembelajaran Problem
Based Instruction (PBI) yang diterapkan dalam pembelajaran IPA di SD :
a)
Orientasi siswa pada
masalah
Guru menyajikan permasalahan kepada siswa lewat bercerita maupun
penayangan video. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan sebagai permasalahan
yang harus dipecahkan oleh siswa.
b)
Mengorganisir siswa untuk belajar
Guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok belajar kemudian
menjelaskan tugas yang harus dilaksanakan siswa melalui LKS.
c)
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru memfasilitasi siswa untuk melaksanakan kegiatan penyelidikan dengan
tujuan memecahkan masalah yang telah dirumuskan. Kegiatan penyelidikan yang
dimaksud di penelitian ini adalah siswa melakukan eksperimen dengan alat dan
bahan yang telah disediakan oleh guru secara berkelompok.
d)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan dan poster untuk dipresentasikan dan didiskusikan di kelas.
Setelah dipresentasikan, hasil karya tersebut dipajang di tembok kelas sebagai
pameran karya siswa.
e)
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang
mereka gunakan. Kegiatan ini bertujuan untuk meninjau kembali kegiatan yang
telah dilaksanakan.
Daftar
Pustaka
Arends,
Richard I. 1997. Classroom Instruction
and Management. New York:
Mac Millan Publishing.
Mac Millan Publishing.
. (2011). Learning To Teach. diterjemahkan oleh
Prajitno Soetjipto & Sri Mulyantini Sutjipto. (2008). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Burhan, Siska
Andriyani. 2011. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melaui Pendekatan Problem Based
Instruction (PBI) Berindikator MASTER di Kelas IV SDN Pecuk I Mijen Demak. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan.
Universitas Negeri Semarang.
Hamsa, Alief.
2009. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. [online]. Tersedia di : http://www.alief-hamsa.blogspot.com/ [diakses
tanggal 20 Februari 2012].
Huda,
Miftahul. 2011. Cooperative Learning
(Metode, Teknik, Struktur, dan Model Terapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Indrawati dan
Wanwan Setiawan. 2009. Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Jakarta: PPPPTK IPA.
Isjoni. 2011. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan
Belajar Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Mergendoller,J.R,
dkk. 2000. The Effectiveness Of Problem
Based Instruction. Journal Of Education Research. Tersedia di : http://projects.coe.uga.edu/epltt/index .php?title=Proble Based Instruction [diunduh
tanggal 20 Februari 2012].
Moedjiono dan
Moh. Dimyati. 1992/1993. Strategi
Belajar-Mengajar. Jakarta: Proyek PTK,
Ditjen Dikti, Depdikbud.
Muslich,
Masnur. 2009. Pembelajaran Berbasis
Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Nur, Mohammad.
2011. Model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah. Surabaya: Pusat Sains Dan Matematika Sekolah Unesa.
Patta
Bundu. (2006). Penilaian Keterampilan
Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta:
Depdiknas.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan
Profesionalisme Guru (Ed. 1 Cet. 3). Jakarta. Rajawali Pers.
Sanjaya, Wina.
2008. Pembelajaran Dalam Implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta
Santyasa, I
Wayan. 2007. Model-model Pembelajaran
Inovatif. Makalah. Disajikan dalam pelatihan tentang Penelitian Tindakan
Kelas bagi Guru-Guru SMP dan SMA, Tanggal 29 Juni s.d 1 Juli 2007, Di Nusa
Penida.
Slavin, Robert
E. 1994. Educational Psychology Theory
and Practice.
Massachussetts: Paramount.
Massachussetts: Paramount.
Suprijono,
Agus. 2009. Cooperative Learning Teori
& Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjana, Nana.
2010. Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Thohari,
Nursah. 2011. Strategi Pembelajaran PBI (Problem Based
Instruction) untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPA SD
Negeri 03 Lempong Jenawi Karanganyar. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tersedia di http://etd.eprints.ums.ac.id/13965/. [diunduh pada
tanggal 15 Februaru 2012].
Wikipedia.
2012. Ilmu Alam. [online].
Tersedia di : http://id.wikipedia. org/wiki/Ilmu_alam. [dunduh
tanggal 2 Februari 2012].
____________.
2011. Hasil Belajar
IPA di Sekolah Dasar. [online].
Tersedia di : http://www.sekolahdasar.net/2011/06/hasil-belajar-ipa-di-sekolah-dasar.html. [diunduh tanggal 30 Januari
2012].
____________.
2011. Prinsip-prinsip
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. [online]. Tersedia di : http://www.sekolahdasar.net/2011/06/hasil-belajar-ipa-di-sekolah
dasar.html. [diunduh tanggal 30 Januari 2012].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar