ads

Lazada Indonesia

Sabtu, 11 Oktober 2014

Model Pembelajaran Kooperatif


 Model Pembelajaran Kooperatif
Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama (Hamid Hasan:1996). Dalam kegiatan cooperative, siswa secara individual mencari hasil yang mengutungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar cooperative adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. (Hamid Hasan:1996)
Artzt dan Newman (1990:448) dalam (Trianto:56) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama utnuk keberhasilan kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelomok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin, 2010:4)
Suprijono (2009:58) menyebutkan pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajarn kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok  yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan : (1) “memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.
Trianto (2009:56) menyebutkan di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat melibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.
Keberhasilan belajar tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok. (Solihatin, 2008:4)
Sanjaya,W (2006:242) dalam Etin Solihatin, (2008:6) mendefinisikan bahwa pembelajaran kooperatif  merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.
Belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi (Slavin:1995 dalam Trianto, 2009:57). Johnson dan Johnson (1994) dalam Trianto menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok.
Menurut Johnson-Johnson (1994) dalam Trianto (2009:60) terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
a.       Saling ketergantungan yang bersifat positif antar siswa. Dalam belajar kooperatif sisw merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.
b.      Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antar siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.
c.       Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.
d.      Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.
e.       Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
Selain unsur-unsur tersebut, model pembelajaran kooperatif mengandung prinsip-prisip yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin (1995) dalam (Trianto, 2009:61), adalah sebagai berikut.
a.        Penghargaan kelompok, yang diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang telah ditentukan.
b.      Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
c.       Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.
Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran kooperatif adalah belajar secara bersama dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 siswa heterogen untuk memudahkan siswa dalam menguasai konsep dan pengetahuan serta menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan tertentu dan akan mendapatkan rewards jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang telah dipersyaratkan.
Implikasi teori Vigotsky dalam pembelajaran kooperatif yaitu kemampuan untuk mewujudkan pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok-kelompok belajar yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda dalam kegiatan pembelajaran. Perbedaan-perbedaan dalam kelompok belajar meliputi perbedaan jenis kelamin, suku dan ras, serta perbedaan kemampuan dalam memahami konsep yang dipelajari dimana hal tersebut juga terdapat dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament (TGT).
2.      Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pertama kali dikembangkan oleh David deVries dan Keith Edwards. Secara umum, pembelajaran tipe TGT memiliki prosedur belajar yang terdiri atas siklus reguler dari pembelajaran kooperatif STAD tetapi menggantikan kuis dengan turnamen mingguan, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota kelompok lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. (Slavin, 2010:13)
TGT merupakan jenis pembelajaran yang berkaitan dengan STAD. Dalam pembelajaran TGT siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai dengan 6 orang yang mempunyai kemampuan dan latar belakang yang berbeda untuk mencapai aktivitas belajar. Dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota lain untuk memperoleh tambahan poin dalam skor tim mereka (Slavin:1998 dalam Yuliana Subiantari, 2009:29).
Pada pembelajaran TGT, guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS pada tiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan secara bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif itu menyenangkan.
TGT memiliki dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Selain itu dengan adanya turnamen diharapkan dapat menanamkan sportivitas dan dapat membangkitkan motivasi siswa untuk berusaha lebih baik bagi dirinya maupun untuk anggota lain. Dalam turnamen juga dapat membentuk siswa untuk berani dalam berkompetisi.
Implementasi TGT dalam pembelajaran terdiri 5 komponen utama, antara lain: (1)penyajian kelas (class precentation), (2) belajar dalam kelompok (teams), (3) permainan (games), (4) pertandingan (tournament), dan (5) penghargaan kelompok (team recognition).
a.       Penyajian kelas (class precentation)
Pada awal pemebelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas dengan pengajaran langsung, ceramah atau diskusi yang dipimpin guru.
b.      Belajar dalam kelompok
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 6 siswa yang anggotanya heterogen. Setelah guru menginformasikan materi dan tujuan pembelajaran kelompok berdiskusi dengan menggunakan LKS yang telas disiapkan guru. Fungsi dari kelompok adalah untuk lebih  mendalami materi bersama teman satu kelompoknya dan mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja sama dengan baik dan optimal pada saat game berlangsung.
c.       Permainan (game)
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Permainan dilakukan oleh siswa perwakilan dari masing-masing kelompok.
d.      Pertandingan (Tournament)
Pertandingan adalah pada saat permainan berlangsung. Pada saat tournament perwakilan kelompok ditandingkan dengan perwakilan kelompok lain yang memiliki kemampuan setara.
e.       Penghargaan tim (Team Recognition)
Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rata-rata poin yang diperoleh tiap kelompok. Penghargaan diberikan kepada tim yang memenuhi kategori rerata poin yang telah ditentukan guru. (Slavin, 2010:166)
Tabel. 2.1 Kriteria penghargaan kelompok
Kriteria (Rerata Kelompok)
Predikat
30-40
Tim Baik
40-45
Tim Sangat Baik
<45 o:p="">

Tim Super

Sumber: (Slavin, 2010:175)
Aturan permainan dalam pembelajaran TGT dalam Trianto (2009:84) adalah dalam satu permainan terdiri dari: kelompok pembaca, kelompok penantang I, kelompok penantang II, dan seterusnya sejumlah kelompok yang ada. Kelompok pembaca bertugas: (1) Mengambil kartu bernomor dan cari pertanyaan dalam lembar permainan; (2) Baca pertanyaan dengan keras-keras; (3) Beri jawaban. Kelompok penantang I bertugas: Menyetujui jawaban pembaca atau member jawaban yang berbeda. Sedangkan kelompok penantang II: (1) Menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda; (2) Cek lembar jawaban. Kegiatan ini dilaksanakan secara bergiliran (games ruler).

 

Berdasarkan teori Vigotsky dalam pembelajaran kooperatif dibentuk kelompok belajar dengan tingkat kemampuan berbeda untuk dapat menyelesaikan tugas belajar.  Teori Vigotsky mendasari pembagian kelompok secara heterogen seperti dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT, dan pemberian tanggung jawab pada masing-masing individu dalam menyelesaikan tugas kelompoknya. 

DAFTAR PUSTAKA

Slavin, E Roberts. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik cetakan VIII.Bandung: Nusa Media
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar